Jadi Wisudawan Terbaik, Helmi Sumyati, Dara Tertata dari Tanah Sunda
Gedung FU, USHUL NEWS – Hari yang penuh kebahagiaan dan kebanggaan dirasakan oleh para Wisudawan/I UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Salah satunya adalah Helmi Sumyati yang dinobatkan sebagai wisudawan terbaik di Wisuda ke-129 Fakultas Ushuluddin UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Helmi yeng menyelesaikan studinya di Program Studi Ilmu Al Quran dan Tafsir berhasil lulus genap 4 tahun dengan Indeks Prestasi Kumulatif (IPK) nyaris sempurna 3,97 denga Predikat Cum Laude. Helmi mengikuti prosesi wisuda pada hari kedua, Minggu (20/08/2023), di Auditorium UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Pada prosesi wisuda kali ini, Fakultas Ushuluddin meluluskan mahasiswa sebanyak 133 dari total 1.924 lulusan baru berbagai jenjang telah dilantik menjadi wisudawan-wisudawati baru. Dari jumlah ini, Helmi Sumyati mewakili wisudawan/I terbaik fakultas lainnya pada prosesi wisuda universitas, di antaranya Aulia Asfira (IPK 3.91) dari Prodi Studi Agama-Agama, Akhmad Fawzi (IPK 3.83) dari Prodi Aqidah dan Fulsafat Islam, Nadia Khairiyah (IPK 3.90) dari Prodi Ilmu Hadis, dan Afsan Nurrizki (IPK 3.81) dari Prodi Ilmu Tasawuf.
Kecintaan terhadap ilmu dan semangat belajarnya sudah terlihat sejak pertama kali masuk kuliah. Salah satu dosen yang pernah mengajarnya di kelas Prodi Ilmu Al Quran dan Tafsir, Dr. Syahrullah, MA mengatakan, sejak awal ketekunan belajarnya sudah terlihat jelas.
“Helmi Sumiyati adalah mahasiswa yang tekun dan luas jaringan pertemanannya. Kesabaran dan ketekunan dalam menjalani proses akademik hingga selesai betul-betul ia mampu terapkan. Saya ucapkan selamat atas capaiannya menjadi lulusan terbaik fakultas Ushuluddin,” kata Syahrullah, yang juga selaku Ketua Prodi Ilmu Al Quran dan Tafsir Fakultas Ushuluddin. Senin (21/08/2023).
Di tempat terpisah, Dosen Pembimbing Skripsi Helmi, Ali Thaufan Dwi Saputra, M.Ag mengatakan hal yang senada. Menurutnya, Helmi memiliki semangat yang tinggi dalam belajar.
“Sejak mengenal Helmi Sumyati saat ia semester 6 saya melihat bahwa anak tersebut punya semangat yang tinggi untuk belajar. Kemudian ketika di semester 7, saya menawarkan agar nanti saya menjadi pembimbing skripsinya,” ujarnya.
“Ia menulis skripsi tentang Relasi Budaya dalam Penafsiran al-Quran. Helmi tampak bersemangat sekali mempelajari buku tentang budaya terutama budaya Sunda. Ia bersama teman-teman kemudian membukukan skripsi dan menerbitkannya dengan judul ‘Budaya Dalam Tafsir Indonesia’. Saya harapkan Helmi melanjutkan jenjang pendidikan yang lebih tinggi,” imbuh Ali.
Lahir dari Keluarga yang Saling Mendukung
“Sebaik-baik manusia adalah manusia yang bermanfaat bagi manusia lainnya”. Inilah motto yang dipegang fresh graduate asal tanah Sunda ini. Helmi Sumyati, berhasil lulus tepat waktu dengan berbagai penghargaan telah ia lewati dengan penuh suka cita. Dara yang terlahir dari keluarga yang saling mendukung, baik cita-citanya, keinginannya, pun tujuannya ini memiliki keluarga yang berprinsip “apa pun yang kami inginkan, asal berada dalam koridor kebaikan, selalu diusahakan”.
“Awal mula memasuki fase menjadi mahasiswa saya banyak menuliskan mimpi yang akan diraih saat menjadi mahasiswa strata satu. Di antara mimpi ini ada yang terwujud dan ada pula yang Allah gantikan dengan hal-hal baik lainnya. Salah satu yang tidak akan saya lupakan, saya menulis “Agustus 2023 Wisuda” yang benar-benar terwujud sekarang,” katanya.
Helmi menuturkan, sejak semester pertama ia lalui dengan penuh kesungguhan mengikuti kuliah dan masuk dalam beberapa Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM).
“Semester dua dimulai, nyatanya dunia dilanda covid-19 dan memaksa semua aktivitas harus dirumahkan. Akhirnya saya dijemput oleh kedua orang tua untuk tinggal di rumah. Rasa bosan mengikuti alur perkuliahan online membuat saya mengikuti berbagai komunitas dan organisasi yang ada di Kabupaten Garut, seperti Gerakan Mengajar Desa Kab. Garut dan ditempatkan sebagai Pengurus Departemen Pendidikan. Setelah itu, saya bersama 28 mahasiswa yang berasal dari Garut namun berkuliah di seluruh Indonesia menginisiasi organisasi baru bernama Pelita Intan Muda (PIM). Pelita bergerak di tiga bidang yaitu pendidikan, sosial dan ekonomi,” papar Helmi.
Masih dalam dilema covid-19, Helmi bersama 3 orang mahasiswa asli Kec. Kersamanah, Kab. Garut membuat suatu kumpulan mahasiswa bernama Forum Mahasiswa Kersamanah (Formakers). Organisasi ini dibentuk atas keresahan mahasiswa lokal yang merasa sulit mendapatkan akses pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi.
“Bulan Juli 2021, di mana covid 19 sedang naik-naiknya dan memakan banyak korban, termasuk ibu saya. Beliau meninggal dunia tepat di saat saya berjuang menuntaskan semester 4. Sebagai pelarian, saya mencoba mengikuti seleksi Program Pejuang Muda dari KEMENSOS RI. Ya, anak UIN bisa mendaftar karena program ini mengolaborasikan dengan KEMENDIKBUD juga KEMENAG. Dari 11.000 pendaftar, hanya 5000an peserta yang diterima dan ditempatkan di seluruh kabupaten/kota di Indonesia, termasuk saya menjalani program di Kab. Ogan Ilir, Sumatera Selatan,” tutur dia penuh semangat.
“Semester 5 saya lewati dengan tiga peran, pertama sebagai mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, peran kedua sebagai santri di Pondok Luhur Sabilussalam, dan peran ketiga sebagai peserta magang di Program Pejuang Muda Kemensos RI. Meski Banyaknya rintangan yang menghadang, saya dapat menyelesaikan semester ini meskipun IP menurun menjadi 3,89,” tambah dia.
Terlibat Banyak Kegiatan Positif
Pesatnya informasi di Media Sosial menarik Helmi pada program KKN Kebangsaan yang tahun 2022 dilaksanakan di Palangka Raya, Kalimantan Tengah. Bermodal nekad dan percaya diri, ia mengikuti seleksi tingkat universitas, hingga ia menginjakkan kaki di tanah Borneo itu, dan perjalanannya diabadikan dengan sebuah buku berjudul Kisah Pesona Tahai Jaya.
“Mengawali 2023, saya sangat antusias mengikuti kegiatan Istanbul Youth Summit di Turki. Selain merupakan kali pertama ke luar negeri, namun ini menjadi kesempatan emas menjelajah negara dua benua itu. Dengan kesungguhan jiwa, saya mempersiapkan keberangkatan sampai H-6 bulan. Karena saya berencana untuk menjajaki Dubai dengan memilih transit dua hari dan menjelajahi Turki selama 1 bulan,” jelasnya.
Dalam proses menyusun skripsi, ia mengikuti seleksi Olimpiade Agama, Sains dan Riset (OASE) Perguruan Tinggi Keagamaan (PTKI) tingkat universitas dan kemudian menjadi delegasi di Bidang Inovasi Sosial Keagamaan.
Berjuang Meraih Mimpi
Masa-masa akhir studi menjadi mahasiswa mengajarkannya akan “keyakinan”. Mimpi menjadi mahasiswa terbaik sudah ia tulis sedari menginjakkan kaki di UIN Jakarta. “Jangan berfokus pada satu pintu di depanmu, lihatlah jendela, ventilasi atau lubang kecil yang kemungkinan menjadi solusi masalahmu.”
“Kalimat ini menjadi peneguh saya menggapai mimpi itu lagi. Menjadi lulusan terbaik bukan perkara memindahkan air, tetapi melewati berbagai cara agar air keruh menjadi jernih. Lulusan terbaik prodi dan fakultas diambil dari mereka yang IPK-nya tertinggi. Bagian dari usaha saya, menyurvei beberapa peserta yudisium yang berpotensi memiliki IPK lebih tinggi. Namun, saat pengumuman yudisium saya dinyatakan lulusan terbaik fakultas Ushuluddin, dan wisudawan berprestasi,” pungkas dia.
Baginya, lulusan terbaik merupakan amanah, secara tidak langsung ia menjadi Duta Fakultas Ushuluddin, yang pasti memiliki tekanan dari berbagai sisi lebih kuat.
Motivasi Terbesar
“Motivasi terbesar saya, tentu, orang tua. Karena bagi saya seorang anak dan orang tua sama-sama berjuang. Anak berjuang menuntaskan studinya sedangkan orang tua berjuang mendoakan, membiayai, memfasilitasi, dan lain-lain. Dan dari sanalah tercipta pola pikir wajib-sunnah-mubah versi anak rantau. Wajibnya anak rantau yaitu menuntaskan apa yang telah dimulai. Sunnahnya dalam misi penyelesaian itu bumbui dengan segudang prestasi juga pengalaman. Dan jangan terlalu banyak main, apalagi lupa pada kewajiban, inilah mubah,” paparnya lagi.
“Motivasi ini terbayar dengan kalimat singkat, padat, jelas ketika saya keluar dari gedung Harun Nasution. Dari kejauhan pria menuju paruh baya memancarkan senyum manisnya, ketika saya sampai di depannya, ia lalu memeluk saya sembari berbisik lembut “Nuhun Teh (terima kasih, kak),” imbuhnya.
“Manusia Ambis”, klaim yang disematkan kepadanya karena ia terkenal dengan tekad dan kemauannya. Ia selalu menjawab “Jika Ingin Berprogres, Maka Pahami Proses”, kalimat sederhana yang mendorongnya untuk mengerti apa itu lulusan terbaik, bagaimana caranya, siapakah patokannya, seperti apa menyiasatinya.
Menjadi lulusan terbaik seolah seperti bintang saat wisuda. Terlebih Dara Sunda ini yang terpilih memimpin 1000an wisudawan/ti membaca Prasetya Sarjana. Gemetar, takut dan penuh haru terus menjalar dalam tubuh saat Prasetya dibacakan hingga janji-janji yang turut digemakan dan diikuti seluruh wisudawan.
Itulah Helmi Sumyati, Dara Tanah Sunda yang menjajaki kerasnya Ibu Kota. Tuaian atas penanaman empat tahun ini telah terbayar. Ya, menjadi wisudawan terbaik dan wisudawan berprestasi juga diamanahi memimpin Prasetya Sarjana. (Man/FU)