Dosen Ilmu Al-Qur'an dan Tafsir UIN Jakarta Sampaikan Gagasan Perlindungan Kemanusiaan Berbasis Qurani di Konferensi Internasional di Belanda
Jakarta, Berita FU Online — Fakultas Ushuluddin UIN Syarif Hidayatullah Jakarta kembali mencatat prestasi akademik di kancah internasional. Dosen Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir, Jauhar Azizy, menjadi salah satu pembicara dalam konferensi internasional bertajuk “Harmony in Turbulence: The Intersection of Faith, Climate Justice, and Global Peace” yang diselenggarakan oleh Pengurus Cabang Istimewa Nahdlatul Ulama (PCINU) Belanda di University of Groningen, Belanda.
Dalam forum bergengsi tersebut, Jauhar Azizy mempresentasikan makalah berjudul “Humanitarian Protection in Refugee Crises and Forced Migration: An Intertextual Reading of the Interpretation of Q.S. Al-Nisa[4]” yang mengulas perlindungan kemanusiaan dari perspektif Al-Qur’an, khususnya dalam konteks krisis pengungsi dan migrasi paksa.
Konferensi internasional ini berlangsung pada 1–2 Oktober 2025, bekerja sama dengan Wubbo Ockels School for Energy and Climate, Belanda, serta menghadirkan para akademisi, peneliti, dan tokoh lintas agama dari berbagai negara yang peduli terhadap isu keadilan iklim dan perdamaian global.
Dalam pemaparannya, Jauhar Azizy menegaskan bahwa nilai-nilai kemanusiaan dalam Islam tidak hanya bersifat spiritual, melainkan juga menjadi fondasi etika sosial yang mampu menjawab tantangan dunia modern.
“Krisis kemanusiaan, perubahan iklim, dan konflik global sejatinya dapat didekati dengan perspektif Al-Qur’an yang menekankan keseimbangan (tawazun) dan kasih sayang universal (rahmah),” ujarnya di hadapan peserta konferensi dari berbagai negara.
Lebih lanjut, ia menjelaskan bahwa dalam konteks tafsir kontemporer, Al-Qur’an dapat dibaca sebagai teks yang hidup, yang menuntun manusia untuk menjaga keberlanjutan bumi sekaligus martabat kemanusiaan.
“Perlindungan terhadap alam dan kemanusiaan adalah dua sisi dari satu kesadaran teologis yang sama,” tegasnya, sambil mengaitkan ayat-ayat Al-Qur’an tentang keadilan, amanah, dan tanggung jawab ekologis.
Dalam sesi diskusi, peserta menyoroti relevansi gagasan yang disampaikan terhadap kebijakan publik dan diplomasi antarbangsa. Menanggapi hal tersebut, Jauhar Azizy menekankan pentingnya mengimplementasikan nilai-nilai Qur’ani ke dalam kerja nyata lintas sektor—baik pendidikan, politik, maupun sosial-ekonomi.
“Pesan Islam tentang perlindungan kemanusiaan seharusnya tidak berhenti pada tataran wacana, tetapi diwujudkan dalam kebijakan yang menyejahterakan masyarakat,” ujarnya.
Ia juga memaparkan empat bentuk solusi aplikatif dari nilai Qur’ani dalam konteks global, yakni: etika penelitian dan kebijakan, keadilan sosial dan ekologis, akuntabilitas pengelolaan data dan bantuan, serta etika distribusi sumber daya atau keseimbangan antara produksi dan konsumsi.
Selain mempresentasikan makalah, Jauhar Azizy juga terlibat dalam diskusi panel antar-akademisi. Dalam sesi tersebut, ia menekankan pentingnya membangun dialog antaragama berbasis empati dan tanggung jawab moral terhadap bumi dan kelompok rentan.
“Dialog lintas iman harus melahirkan aksi bersama, bukan sekadar simbol toleransi. Konteks Al-Qur’an harus direalisasikan dalam upaya penyelesaian masalah sosial,” tuturnya yang disambut tepuk tangan peserta konferensi.
Konferensi Harmony in Turbulence ditutup dengan seruan bersama untuk memperkuat kolaborasi global dalam menjaga perdamaian dan keberlanjutan bumi. Gagasan yang dibawa oleh dosen Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir UIN Jakarta ini menegaskan bahwa Al-Qur’an memiliki potensi besar sebagai inspirasi etika global yang menuntun umat manusia untuk hidup berdampingan secara damai, adil, dan penuh kasih terhadap sesama serta lingkungan.
Adapun konferensi ini turut menghadirkan sejumlah tokoh dan akademisi internasional, di antaranya Alissa Wahid, Timothy Winter, Frans Wijsen, Zainal A. Bagir, Erin Wilson dari Religion and Green Theology, dan Prajal Pradhan dari Wubbo Ockel School for Energy & Climate Groningen, serta beberapa pembicara lainnya dari berbagai perguruan tinggi di Eropa dan Indonesia.
Rangkaian kegiatan konferensi berlangsung sejak 28 September hingga 3 Oktober 2025, mencakup Indonesian Muslim Festival Day, pengajian akbar di Masjid Al-Hikmah Den Haag, International Conference, diskusi dan peluncuran buku “Travelling Home: Essays on Islam in Europe”, PCINU Summit, serta dialog antaragama Belanda–Indonesia.
Fakultas Ushuluddin UIN Syarif Hidayatullah Jakarta menyampaikan apresiasi dan kebanggaan atas kontribusi dosen-dosennya dalam forum akademik internasional yang memperkuat reputasi keilmuan Islam di tingkat global. Partisipasi ini diharapkan menjadi inspirasi bagi sivitas akademika untuk terus mengembangkan riset berbasis nilai-nilai Al-Qur’an yang relevan dengan isu-isu kemanusiaan dan keberlanjutan dunia.